Skip to Content


PITUNANG

ETNOGROOVE

Festival 


 


Pitunang Etnogroove adalah festival musik tradisi Sumatera Barat yang menghadirkan lanskap bunyi dari dataran tinggi (darek), pesisir, rantau, dan kepulauan (Mentawai). Festival ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Musik Tradisi Indonesia (FMTI) dan menjadi upaya untuk merayakan, mengembangkan, serta mendialogkan kembali kekuatan musik tradisi di era kontemporer. Festival ini mengusung tema “Pitunang”, yang bermakna daya pikat atau pesona, merefleksikan bagaimana musik tradisi mampu menyihir dan memikat dari masa ke masa, dalam bentuk konservatif, kreasi baru, hingga eksplorasi media mutakhir.

Musik tradisi telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari napas kehidupan setiap bangsa. Ia terus bergerak mengikuti dinamika zaman, mengalami pasang surut seiring perubahan sosial, budaya, dan politik yang dialami oleh masyarakat pemiliknya. Demikian pula yang terjadi di Sumatera Barat—sebuah provinsi yang dihuni oleh dua kelompok etnis utama: Minangkabau sebagai suku mayoritas di wilayah daratan (darek) dan Mentawai yang mendiami kepulauan di bagian barat. Secara geografis, Sumatera Barat memiliki struktur yang unik, terbagi atas kawasan pegunungan dan daerah pesisir pantai (pasisia). Kondisi ini menciptakan beragam corak budaya, termasuk dalam ekspresi musikal masyarakatnya. Sejak dahulu, Sumatera Barat telah menjadi salah satu pintu penting dalam jalur perdagangan Nusantara. Persilangan budaya pun tak terhindarkan, menjadikan musik tradisi di wilayah ini kaya akan pengaruh luar namun tetap mempertahankan identitas lokalnya. Di wilayah pesisir, misalnya, interaksi dengan bangsa Eropa melahirkan bentuk musik hasil akulturasi seperti Gamaikdan Rabab Pasisia. Di Pariaman, pertemuan dengan pedagang Arab dan India turut memberi warna tersendiri dalam perkembangan musik lokal, melahirkan bentuk-bentuk baru seperti Katumbuak, Tambua, Rabab Galuak, dan Indang. Sementara itu, musik tradisi di dataran tinggi Minangkabau lebih dipengaruhi oleh kebudayaan perunggu dan erat kaitannya dengan struktur masyarakat agraris. Instrumen seperti saluang, talempong, dan gandang tambua menjadi identitas musikal kawasan ini. Di sisi lain, musik masyarakat Mentawai cenderung lebih bersifat orisinal dan masih berfungsi dalam konteks ritual, seperti upacara adat, penyembuhan, dan kegiatan spiritual lainnya. 



Sebagai bagian dari upaya memperluas ruang refleksi dan pertukaran gagasan dalam Festival Pitunang Etnogroove, kegiatan Arena Diskusi & Artist Talk hadir untuk menggali lebih dalam pemaknaan dan perjalanan bunyi lokal di tengah pusaran budaya global. Dengan mengusung tema “Daya Pikat Bunyi Lokal di Telinga Global” sesi ini akan mempertemukan dua perspektif: Akademisi seni yang memiliki pandangan teoritik dan historis atas dinamika musik tradisi Seniman pelaku yang secara langsung mengolah dan mengekspresikan bunyi lokal di berbagai panggung, termasuk kancah internasional


PANGGUNG PITUNANG 

Menampilkan 16 grup dari 4 klaster: Darek, Pesisir, kepulauan dan Perantauan.  Grup musik tradisi Hybrid (kreasi baru) pertunjukan musik dengan penyajian baru yang lebih segar dengan campuran elemen musik lain di luar tradisinya. 

Discover more

DISKUSI DAN ARTIST TALK  

Sebagai bagian dari upaya memperluas ruang refleksi dan pertukaran gagasan dalam Festival Pitunang Etnogroove, kegiatan Arena Diskusi & Artist Talk hadir untuk menggali lebih dalam pemaknaan dan perjalanan bunyi lokal di tengah pusaran budaya global. Dengan mengusung tema “Daya Pikat Bunyi Lokal di Telinga Global” ,  sesi ini akan mempertemukan dua perspektif: Akademisi seni yang memiliki pandangan teoritik dan historis atas dinamika musik tradisi Seniman pelaku yang secara langsung mengolah dan mengekspresikan bunyi lokal di berbagai panggung, termasuk kancah internasional  

PASAR PITUNANG

Use this section to showcase various festival activities, featuring images of artists and attendees enjoying the event. Duplicate the element to highlight different aspects of the festival.

Continue reading